Pages

Menuju Megaproyek Pembangunan Iman

Alhamdulillah iman masih
melekat dalam diri kita. Sekalipun
kita tinggal di gubug reot, di hotel
prodeo, di hutan belantara, di
padang sahara atau hotel, asal
masih ada nikmat iman, itu jauh
lebih berharga dunia dan seisinya.
Karena iman ini hanya diberikan oleh
Allah SWT kepada hamba yg
dipilih dan dicintai-Nya.
Rasulullah Muhammad pernah
berpesan;
ْﻮَﻟ ِﺖَﻧَﺎﻛ َﺎﻴْﻧُّﺪﻟﺍ
ُﻝِﺪْﻌَﺗ َﺪْﻨِﻋ ِﻪَّﻠﻟﺍ
َﺡﺎَﻨَﺟ ٍﺔَﺿْﻮُﻌَﺑ َﺎﻣ ﻰَﻘَﺳ
َﺎﻬْﻨِﻣ َﺔَﺑْﺮُﺷ ٍﺀَﺎﻣ
“Kalau sekiranya kenikmatan dunia
masih ada nilainya di sisi Allah
seberat sayap nyamuk, Allah tidak
akan memberi minum orang kafir
meskipun seteguk air. ” (HR. At
Tirmidzi).
Sebaliknya betapa sengsara dan
menderitanya kehidupan ini jika
lepas dari iman. Apa gunanya harta
yg melimpah, jabatan yg
tinggi, posisi yg strategis, hidup
enak, tidur nyeyak, jika tidak
ditemani oleh Iman. Semua itu akan
menggali lubang kehancuran kita
sendiri (istidraj). Bahkan, di dunia ini
kita tidak akan mampu memaknai
dan menikmati kepemilikan kita, jika
iman tidak mendominasi dan
menjadi panglima di dalamnya.
Oleh karena itu, mumpung kita
sehat, memiliki harta, ada
momentum dan kesempatan, mari
kita mengerahkan tenaga, pikiran,
waktu, dan segala potensi yg kita
miliki untuk membangun keimanan
kita. Pengorbanan yg kita lakukan
untuk meraih manisnya iman
(halawatul Iman), akan
mendatangkan kelezatan spiritual di
dunia dan keselamatan di akhirat.
Membangun iman dalam perspektif
Islam diletakkan dalam skala
prioritas dalam perencanaan
pembangunan, baik jangka pendek,
menengah maupun jangka panjang.
Pembangunan dalam aspek
keyakinan ini dilakukan dengan
penuh keseriusan, bukan asal-
asalan. Pembangunan iman juga
dilakukan secara sistemik. Seluruh
komponen ummat terlibat dalam
menseriusi pekerjaan ini. Hal ini
tercermin jelas pada perencanaan
hingga alokasi sumber dana dan
sumber daya.
Segala kegiatan yg kontra
produktif bagi akselerasi
pembangunan iman ditiadakan dari
diskursus perencanaan
pembangunan. Jangan sampai
terjadi, dengan alasan
pembangunan, maksiat di buka
lebar-lebar, demoralisasi dan
dehumanisasi dibiarkan hanya
karena perlindungan HAM
Sekedar contoh, demi menghindari
wabah HIV/AIDS dipersilahkan
orang memakai kondom terhadap
pasangannya (tanpa melihat sah dan
tidaknya pasangan tersebut). Demi
stabilitas politik dan keamanan politik
machiavelli di halalkan.
Iman yg ditegakkan dalam
kehidupan adalah iman yg hakiki,
bukan iman yg bersifat
formalistik. Tidak sekedar puas
dengan melaksanakan kegiatan
ritual, serimonial, upacara
keagamaan, peringatan hari-hari
besar islam, tabligh akbar, tetapi
KKN tetap dilestarikan.
Membangun masjid di mana-mana,
tempat ibadah megah, tetapi praktek
kekerasan dan kezhaliman politik
dan ketidakadilan distribusi ekonomi
tetap berlangsung.
Limpahan Berkah
Pembangunan iman merupakan
landasan gerak, motivasi, titik tolak
(muntholaq), dalam membangun
sistem kehidupan. Mengakui
keberadaan Allah dan hubungan
yg berketuhanan, humanisme,
mengedepankan nilai-nilai kesucian,
moral, keadilan, kebenaran,
supremasi hukum. Iman
memposisikan Allah sebagai Zat
yg mutlak, Maha Kuasa, Maha
Adil, dan Maha Mengetahui tentang
apa dan bagaimana yg terbaik
bagi manusia. Tuhan memiliki
segala sifat kesempurnaan dan jauh
dari segala sifat kekurangan.
Karenanya, topeng-topeng
kemunafikan tidak lagi ditoleransi
dalam pembagunan iman.
Iman melahirkan manusia yg
berguna sekecil apapun potensi
(thoqoh) yg dimilikinya, bakat
(syakilah) yg diberikan oleh Allah
SWT. Iman melahirkan kekuatan
dalam segala aspek kehidupan.
Kekuatan material dan spiritual,
idealisme dan realistik, individual dan
kolektifitas. Termasuk otak dan
batin, intlektual dan keyakinan.
Iman menumbuhkan kepedulian,
dedikasi, wawasan jauh ke depan,
kedisiplinan, amanah, jujur, militan,
integritas dan keadilan. Dengan iman
mengantarkan manusia menjadi
produktif, dinamis, inovatif dan
kreatif. Karenanya, iman yg benar
akan jauh dari sikap mental malas
dan konsumtif.
Membangun iman memerlukan
pengorbanan, perjuangan dan kerja
keras. Pengorbanan jiwa, harta
yg dilakukan untuk meraih
manisnya beriman (halawatul iman)
akan dibeli oleh Allah dengan surga.
“Sesungguhnya Allah telah membeli
dari orang-orang mukmin diri dan
harta mereka dengan memberikan
surga untuk mereka.\"(QS. At
Taubah : 111).
Dia telah membeli harta dan jiwa
orang-orang beriman dengan
surga, ini adalah permisalan dalam
puncak keindahan gaya bahasa dan
sastra untuk memberikan ganjaran
mujahid.
Allah membuat perumpamaan
bahwa balasan mereka dengan
surga atas pengorbanan harta dan
jiwa di jalan-Nya dalam bentuk
transaksi jual beli.
Berkata Al Hasan: Allah membeli
mereka dengan harga yg mahal,
perhatikanlah kemurahan Allah. Dia
yg menciptkan jiwa, Dia pula
yg membelinya. Dia yg
memberikan rezeki harta, Dia pula
yg menghibakannya kepadanya,
kemudian Dia membelinya dengan
harga yg mahal demi
memberikan keuntungan yg
berlipat (Shafwatut Tafasir I : 564).
Iman menjadikan manusia, tenang,
bahagia, lapang dada, karena telah
berbuat kebaikan. Iman
menyadarkan kita bahwa dunia
adalah lahan ujian keikhlasan dan
cobaan serta penuh dengan
tantangan (QS. Al Mulk : 2).
Bahkan memandang problem
sebagai peluang dan tantangan
untuk meningkatkan kualitas.
Dengan iman melihat setiap kejadian
dengan kaca mata positif dan
mengembalikan seluruh persoalan
kepada Allah Swt.
Jika sedang tertimpa musibah dia
mengatakan : innaa lillaahi wa innaa
ilaihi roji ’uun (sesungguhnya kami
milik Allah dan sesungguhnya
kepada-Nya dikembalikan). Dan
apabila sedang sukses bersyukur
kepada Allah. Ini adalah karunia dari
Rabbku untuk mengujiku apakah
saya bersyukur atau ingkar (QS. An
Naml : 40).
Iman secara otomasti membuat
orang lebih sabar, tahan uji dalam
kesulitan dan bersyukur pada saat
lapang. “Ash Shabru qorinul
yaqin” (shabar adalah teman akrab
keyakinan). Iman memandang
fluktuasi kehidupan dengan
semangat yg sama. Kegagalan
dan kesuksesan akan dipergilirkan
dan digulirkan oleh Allah kepada
yg di kehendaki-Nya. Iman
mengajarkan sikap independen.
Iman melahirkan sikap optimisme
dan kekuatan rohani yg maha
dahsyat dalam menghadapi
persoalan yg melilit kehidupan.
Karena tidak ada daya dan kekuatan
selain kekuatan dari Allah. Tidak ada
persoalan rumit yg tidak
ditemukan solusinya, jika Allah
turun tangan (tadakhul rabbani).
Walhasil, iman yg mencerahkan
tadi, akan membukakan limpahan
berkah dari langit dan bumi. Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertakawa, pastilah
Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat Kami) itu, maka Kami siksa
mereka disebabkan perbuatannya
(QS. Al A ’raf : 96).
“Barangsiapa yg mengerjakan
amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan
Kami berikan kepadanya kehidupan
yg baik dan sesungguhnya Kami
beri balasan kepada mereka dengan
pahala yg lebih baik dari apa yg
telah mereka kerjakan. ” (QS. An
Nahl : 97).
*Shalih Hasyim
*dikutip dari Hidayatullah

0 komentar:

Posting Komentar